Monday, December 8, 2014

Saturday, October 4, 2014

Sihir Hujan



Hujan mengenal baik pohon, jalan dan selokan
Swaranya bisa dibeda-bedakan
Kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela
Meskipun sudah kau matikan lampu
Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan
Menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh
Waktu menangkap wahyu yang harus kaurahasiakan
Puisi ini di lihat dalam sekilas saja menggambarkan kebesaran Tuhan ketika menciptakan hujan.
Tentang betapa hujan begitu pintar memilih siapa yang akan disirami kasihNya.

Dan bagiku, sihir hujan memang begitu hebat.
Karena, Aku bukan hujan yang mampu mengerti dan memahami semua orang hanya dalam sekali sentuh karena aku bukan hujan. Tapi aku juga bukan hujan yang meski kau berlari sejauh kau mampu dan tak lagi melihatku namun kau tetap merasakan ku.
Aku bukan hujan yang mampu menyihir lukamu karena hingga kini pun kau masih mengaduh karenaku. Dan aku bukan hujan yang mampu memberikan waktu bagimu untuk kau merahasiakan hadirmu dariku.
Aku tau, meski kau tidak sedang merasakan rintikan hujan di kulitmu, kau masih merasakan kehadiranku dalam nafasmu, dalam kosongnya rengkuhan lenganmu tanpaku, dalam setiap kerlingan mata sayu mu yang selalu membuatku ingin memakimu karena kau tak ada di sini lagi, di ruang ini. Aku tau, waktu belum cukup menyembuhkanmu dari lukamu, entah luka yang kubuat atau dunia selainku.

Pagi tadi aku tersenyum gemas sendiri ketika aku mengingatmu tersenyum dan bibirmu yang gemetar ketika menyentuh kulitku.
Dan malam ini aku menangis ketika mengingatmu tertawa kemudian kau berlari meninggalkan lorong ini, lorong dimana kita selalu tersenyum dan tertawa.
Kau yang membekukan dirimu di panasnya musim kemarau ini.
Kau tau ? Saat-saat paling kubenci di kota ini adalah ketika aku mengingatmu, karena kau tak ada di sini dalam pelukku lagi.
Dan taukah kau betapa aku sangat merindukan rintikan hujan saat ini ? karena aku ingin menyembunyikan air mataku dalam tetesan airnya.